CRISPR-Cas9 menjadi perhatian di dunia biologi dikarenakan prospek dari teknologi tersebut dalam kemakmuran manusia. CRISPR-Cas9 merupakan salah satu teknologi gene editing yang bisa dimanfaatkan oleh insan untuk menghalangi atau mengobati suatu penyakit. Pada tahun 2014 hingga 2015, para peneliti sukses menggunakan metode ini untuk menghapus gen penyebab distrofi otot pada mencit, menyembuhkan penyakit langka pada liver, dan bikin sel insan menjadi kebal terhadap HIV.
Sekilas tentang gene editing
Gene editing merupakan tata cara untuk merubah gene dari suatu organisme dari kuman sampai insan sesuai keinginan suatu individu. Metode ini mampu digunakan untuk merubah morfologi atau terlihat dari sebuah organisme menyerupai pada binatang untuk merubah warna bulu. Aplikasi dari gene editing telah banyak dikembangkan di seluruh dunia (Genome, 2021).
Metode ini menggunakan aneka macam macam teknologi untuk mengganti suatu urutan DNA. Salah satu teknologi tersebut ialah nuclease. Nuclease ialah enzim yang bisa memotong DNA sehingga ekspresi gen bisa diubah sesuai jenis enzim tersebut. Beberapa nuclease yang sudah digunakan merupakan ZFNs atau Zinc Finger Nucleases, TALENs atau Transcription Activator-like Effector Nucleases, dan yang terbaru merupakan endonuclease yang dikendalikan RNA, CRISPR (Lino, dkk., 2018)..
CRISPR dan Cas
CRISPR sendiri didapatkan oleh peneliti asal Jepang, yaitu Ishino, dkk (1987) pada pada kuman Escherichia coli. Kemudian, CRISPR didapatkan oleh Mojica, dkk (2005) pada 40% kuman dan 90% archaea. CRISPR merupakan abreviasi dari Clustered Regularly-Interspaced Short Palindromic Repeats yang disetujui pada tahun 2002. Urutan gen ini tidak terulang dan memiliki pola palindromic, yakni pola apabila dibaca dari depan sama dengan contoh dibaca dari belakang (Lino, dkk., 2018)..
Didekat lokus CRISPR, didapatkan juga urutan gen Cas atau CRISPR-associated system. Letaknya yang berdekatan dengan lokus CRISPR mampu mengindikasi adanya kekerabatan fungsional dari lokus atau gen dari CRISPR-Cas yang menertibkan metabolisme DNA atau pun ekspresi gen. Sistem ini juga dimengerti dengan ungkapan adaptive immune system yang dimiliki oleh prokaryot. Hal ini disebabkan dari suatu pengamatan yang menjajal memasukkan DNA suatu virus pada lokus CRISPR suatu bakteri yang mengakibatkan basil menjadi resisten terhadap phage tersebut (Lino, dkk., 2018).
Sistem CRISPR mempunyai beberapa tipe, yaitu tipe I-VI. Tipe II dari tata cara ini cuma membutuhkan satu jenis protein, yakni Cas9 untuk mencari, mengikat, dan memotong urutan sasaran DNA. Tipe II cuma mampu didapatkan pada bakteri. Hal ini mampu disebabkan oleh ketergantungan pada RNase II yang tidak ditemukan pada archaea. RNase memiliki kegunaan untuk mengganti pra-crRNA yang merupakan salah satu bagian lokus CRISPR menjadi crRNA (Lino, dkk., 2018).
Pro dan kontra dari tata cara gene editing
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, kesanggupan manusia dalan gene editing menjadi meningkat. Akibatnya, muncul pro dan kontra dari teknologi-teknologi tersebut. Gene editing memang banyak menunjukkan faedah bagi insan, tetapi kontra dari teknologi ini bisa menimbulkan aneka macam dilema. Gene editing dikerjakan dengan merekayasa materi genetic sesuai dengan impian manusia. Hal ini bisa menimbulkan berkurangnya kombinasi genetic pada suatu populas sehingga menciptakan ketidakseimbangan ekosistem. Selain itu, dengan kesanggupan gene editing insan bisa membuat sesuatu sesuai harapan sehingga kebanyakan orang beropini insan tidak dapat berlaku seperti dewa atau ‘play god’. Ditambah dengan kanal yang terbatas hanya pada kelompok tertentu dikarenakan biaya penggunaannya, problem yang dapat disebabkan lain adalah terjadinya kesenjangan social.
Daftar Pustaka